Kemalezedine’s Rerajahan: Deconsecrated Mantra
4 Februari - 19 Maret 2023
RINGKASAN
Kemalezedine’s Rerajahan: Deconsecrated Mantra
Ditulis oleh Asmudjo J. Irianto
“With paintings, the painter inhales the world into his or her own physical, spiritual, emotional and intellectual being and exhales it into poetry in paint.” (Lawrence, 2013: 7)
Sejauh ini lukisan-lukisan Kemalezedine tidak dapat dilepaskan dari seni rupa tradisional Bali. Demikian pula pada pameran tunggalnya yang ke-7 pengaruh seni rupa tradisional Bali pun cukup kental. Hal itu tampak dari tema yang digarapnya, yaitu rerajahan. Kekuatan dan kekhasan lukisan-lukisan Kemal terletak pada penggunaan teknik gambar. Tidak dapat dimungkiri bahwa teknik gambar Kemal sangat dipengaruhi oleh tradisi seni lukis Bali. Sering dikatakan lukisan tradisional Bali adalah gambar yang diwarnai. Kemal memang cukup suntuk mendalami sejarah dan teknik seni lukis tradisional Bali. Ketertarikan Kemal terutama pada aspek visual-formal dan berkait dengan teknik pengerjaannya. Hal itu dapat dipahami, sebagai seniman non-Bali, tentu Kemal berjarak dengan soal konten, makna dan pakem seni lukis tradisional Bali. Karena itu, kendati Kemal tertarik dengan rerajahan, namun dia bukanlah ahli rerajahan. Pengetahuannya mengenai rerajahan cukup terbatas. Apa yang menjadi ketertarikan utamanya adalah aspek visual rerajahan. Pada dasarnya Kemal memang suka menggambar, karena itu sejak lama dia tertarik dengan visual rerajahan yang pada dasarnya adalah gambar. Rerajahan bukanlah subjek matter yang mudah diterapkan ke dalam seni lukis kontemporer. Kemal harus berupaya keras mentransformasikan rerajahan menjadi karya-karya lukis personalnya.
Pengenalan dan pendalaman Kemal dengan seni lukis tradisional Bali membawanya pada pemahaman mengenai pentingnya teknik gambar dalam seni lukis Bali. Hal ini tentu saja sangat berbeda dengan seni lukis Barat, dengan gaya Realis yang ilusif, ekspresif atau abstrak ekspresionisme yang sangat mementingkan beberan cat dan brush stroke. Namun, berbeda dengan seni lukis tradisional Bali yang telah banyak dikupas dan diteliti sejarah dan pakemnya, tidak demikian halnya dengan rerajahan. Bisa jadi hal itu karena rerajahan merupakan gambar dan aksara yang pakem dan maknanya hanya dipahami segelintir orang, yang tidak dapat secara langsung disebut sebagai seniman tradisional. Orang yang bergelut dengan rerajahan adalah para pendeta agama Hindu dan dukun (balian) yang memang memiliki posisi sebagai pihak yang dapat menerapkan rerajahan dalam konteks ritual, mistik dan magis. Rerajahan memiliki peranan penting dalam seni lukis tradisional Bali. Menurut Sudana, rerajahan merupakan cikal bakal dari seni lukis tradisional Bali, sebab rerajahan telah ada sejak masa pra-Hindu. Rerajahan kemudian mengalami sinkretisasi dengan agama Hindu dan termanifestasikan menjadi bagian dari ritual agama Hindu (Sudana, 2009: 151).